Konsultan Ahli Tani, Bibit, Pupuk & Prasarana Pertanian

Tanaman Perkebunan

MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS TEMBAKAU MADURA

Produktivitas Tembakau Madura Bisa Ditingkatkan dari 400 kg/ha Menjadi lebih dari 800 kg/ha tanpa Mengubah Taste dan Aroma yang Menjadi Ciri Utamanya

I. Latar Belakang dan Permasalahan

Madura adalah salah satu daerah penghasil tembakau di Indonesia. Hampir semua perusahaan rokok di Indonesia menggunakan tembakau Madura dalam produksi rokoknya. Tembakau Madura dibedakan menjadi tiga golongan besar yaitu tembakau Gunung, tembakau Tegal dan Tembakau Sawah. Tembakau gunung pada umumnya dihasilkan dari daerah atas seperti daerah Prancak, Palengaan, Lebeg, lentheng dll. Tembakau gunung sangat disukai dan diburu oleh pabrik rokok.

Pada puncak musimnya, luas pertanaman tembakau di Madura bias mencapai 40.000 ha. Sayangnya produktivitas tembakau di madura masih sangat rendah yaitu 400 – 500 kg per ha. Produktivitas tembakau gunung sangat rendah yaitu sekitar 250 – 300 kg/ha sementara produktivitas tembakau sawah bias mencapai 1000 kg/ha bahkan lebih. Sayangnya tembakau sawah kurang disukai oleh pabrikan rokok karena karakternya dan kadang-kadang kandungan kloritnya sangat tinggi
Beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya produktivitas tembakau madura adalah penggunaan varietas yang seadanya, kualitas bibit yang kurang bagus, terbatasnya sumberdaya alam terutama air, tingkat kesuburan tanah yang rendah teknik budidaya yang dilakukan petani dll
Dibawah ini akan diuraikan tekhnologi budidaya tembakau yang bias meningkatkan produktivitas sehingga bias mencapai 1000 kg per ha dan tidak menghilangkan karakter tembakau maduranya

II. Varietas Tembakau

Ada banyak sekali varietas tembakau yang ditanam petani di Madura. Beberapa varietas tembakau yang sangat terkenal adalah Prancak, Jepon keneek, Jepon raja, Jepon bu kabu, Jepon tarnyak, Jepon bojo. Beberapa usaha pemurnian varietas telah dilakukan terutama oleh BALITTAS sehingga dihasilkan varietas Prancak N1, Prancak N2, Prancak 95.
Dianjurkan menggunakan varietas Prancak 95, Prancak N2 atau Jepon Raja

III. Budidaya Tembakau Madura

3.1. Pembibitan
Lokasi Bedengan

  • Pilihlah lokasi bedengan yang ada sumber air bersih dan bebas naungan
  • Bukan bekas bedengan tembakau tahun sebelumnya, bukan bekas tanaman sekeluarga solanaceae seperti tomat, cabai dll
  • Kebutuhan lahan bedengan untuk 1 ha pertanaman adalah 100 M2 atau 4 bedeng ukuran : panjang 25 meter, lebar 100 cm, tinggi bedengan 30 cm dengan jarak antar bedengan 70 cm.

Bahan dan Peralatan
1. Plastik cover untuk melindungi bedengan dari air hujan
2. Benih tembakau dari varietas terpilih, disarankan menggunakan varietas Prancak 95
3. 3 kg/bed NPK, 1.5 kg/bed SP36 dan 0.25 kg/bed KNO3
4. 100 gram/bed petrofur atau furadan, 100 gram Ridomil MZ
5. Seeding Boom dan Gembor
6. Tali benang
7. Bilah Bambu panjang 250 cm, lebar 3 – 4 cm (25 buah/bedeng) dan patok 25 cm (32 buah/bedeng)
8. Sekam padi ± 15 kg (1 karung pupuk untuk 2 bedeng)

Pembuatan Bedengan dan Pemupukan Dasar

  • 25 hari sebelum sebar, pelengkung dipasang dengan jarak 1meter, 1 bedengan memerlukan 25 buah pelengkung. Pasang patok secara berselang-seling di kedua sisi bedengan. Pasang cover platik dengan rapi
  • 12 hari sebelum sebar, Pupuk NPK disebar merata lalu dibenamkan sedalam ± 5 cm pada 7 hari sebelum sebar dengan dosis 2 kg/bed. Sebar pula petrofur 100 gram/bed secara merata diatas permukaan bedengan
  • Setelah pupuk dasar dan petrofur disebar dan dibenamkan, siram bedengan sampai basah lalu semprot bedengan dengan Command (clomazone) dengan dosis 3 ml/liter atau 45 ml/tangki dan 1 tangki untuk 3 bedengan
  • Bedengan disiram dengan 5 gembor air agar command (clomazone) masuk dan mengenai biji-biji gulma
  • Tutup bedengan dengan plastic cover. Pastikan bahwa kondisi cover plastik bagus sehingga membantu terciptanya efek pemanasan matahari didalam bedengan
  • Satu (1) hari sebelum sebar, plastik cover dibuka

Sebar Benih

  • Gunakan varietas Prancak (gunakan benih dari gudang)
  • Dosis 2 bks per bed (2,0 gr/bks atau 4,0 gr/bed)
  • Buka cover bed yang sudah terpasang, dan gulung dengan rapi agar mudah dipasang kembali
  • Bed disiram secara bertahap sampai basah (20 gembor) atau bedengan bisa di leb sehari sebelum sebar
  • Siram dg ridomil dosis 3 gram/liter (1 sdm/gembor), 1 gembor per bedengan
  • Siram dg metindo 2 gram/liter (1 sdm/gembor) merata, 1 gembor per bedengan
  • Tiga (3 )hari sebelum sebar harus dilakukan perendaman benih dengan cara sbb :
    1. Benih direndam dalam air selama 24 jam dan air harus diganti setiap 6 jam
    2. Benih ditiriskan selama 48 jam dan selama proses penirisan benih dijaga jangan sampai kering
    3. Saat disebar, benih harus sudah pecah (kelihatan putih-putih)
  • Benih yang sudah pecah disebar merata pada permukaan bedengan dengan menggunakan seeding boom, dengan cara sebagai berikut :
    1. Pasang seeding boom pada gembor dengan benar dan kuat
    2. Isi gembor dengan air kira-kira setengahnya
    3. Masukkan sedikit sabun cair atau sabun detergen dan aduk-aduk sampai sedikit berbusa
    4. Masukkan benih ke dalam gembor sambil disiram air sampai gembornya penuh
    5. Sebar benih secara merata ke atas permukaan bedengan sambil diaduk-aduk
    6. Penyebaran dilakukan dua orang, satu orang pegang gembor sambil mengaduk dan satu orang bertugas menjaga kerataan posisi seeding boom dan keluarnya air dari seeding boom
    7. Ulangi penyebaran untuk satu bungkus yang lain dari sisi bedengan yang berbeda
  • Sebar sekam merata sbg mulsa dengan kebutuhan ± 5 kg/bed (1 sak pupuk urea untuk 2 bed)
  • Bedengan disiram dengan air sebanyak 4 gembor/bedeng
  • Semprot dengan metindo 2 gram/liter, 1 tangki sprayer untuk 3 bedengan
  • Tutup bed dg cover bed, pasang benang agar kuat dan tidak terbawa angin.

Penyiraman

  • 0 – 10 HSS : 3 kali sehari 4 gembor (Periode kritis)
  • 11 – 20 HSS : 2 Kali sehari 8 gembor
  • 21 – 30 HSS : 2 hari sekali 16 gembor
  • > 30 HSS bedengan tidak disiram, bibit diisiram dengan banyak air bila bibit layu sebelum jam 10.00 WIB
  • Penyiraman melihat kondisi cuaca

Bukaan Cover

  • 0 – 10 HSS : cover ditutup
  • 11 – 20 HSS : cover dibuka sampai jam 10.00 WIB
  • 21 – 30 HSS : cover dibuka sampai jam 12.00 WIB
  • > 30 HSS : cover dibuka dari jam 07.00 sampai jam 16.00 WIB

Populasi bibit dan Pemeliharaan

  • Bersihkan gulma yang tumbuh di bedengan (umur 14 hari setelah sebar)
  • Hitung populasi bibit yang tumbuh dengan target : 70 bibit/feet² (900 cm²) pada umur 14 hari setelah sebar atau setelah gulma dibersihkan.
  • Lakukan penjarangan bibit bila populasi lebih dari 70 bibit/feet² atau pindahkan bibit yang rapat ke tempat yang jarang sehingga seluruh bedengan akan rata. Jumlah bibit yg dihasilkan ± 17.500 bibit/bed
  • Bedengan disemprot metindo bila ada serangan ulat atau hama lainnya, dengan dosis 2 gram/liter (2 sendok makan per tangki sprayer isi 15 liter)
  • Pada umur 18 hari setelah sebar bedengan disemprot ridomil dengan dosis 2 gram/liter atau 2 sendok makan per tangki sprayer isi 15 liter untuk mencegah serangan penyakit busuk batang
  • Penyemprotan rindomil selanjutnya dilakukan bila ada serangan penyakit busuk batang dengan dosis 3 gram/liter atau 3 sendok makan per tangki sprayer ukuran 15 liter
  • Pada umur 20 hari setelah sebar, bedengan dipupuk dengan KNO3 (bila diperlukan) dengan dosis 250 gram/bedengan. Cara pemupukan KNO3 adalah sebagai berikut :
    1. 250 gram pupuk KNO3 dibagi menjadi 6 bagian yang sama
    2. Masukkan 1 bagian pupuk KNO3 dalam 1 gembor air, aduk-aduk sampai semua pupuk larut sempurna
    3. Siramkan merata larutan pupuk tersebut ke permukaan bedengan
    4. Ulangi pekerjaan tersebut, sampai seluruh KNO3 habis
    5. Bilas dengan 12 gembor air agar tidak melekat di daun dan bisa meresap dekat akar
  • Clipping pertama dilakukan pada saat daun berdiameter 2.5 cm (umur 25 hari setelah sebar). Cara clipping adalah sebagai berikut :
    1. Siapkan peralatan untuk clipping yaitu gunting, keranjang dan larutan sabun
    2. Bersihkan gunting dengan cara mencelupkan gunting ke dalam larutan sabun. Pencelupan gunting harus dilakukan setiap 10 menit
    3. Gunting daun-daun bibit yang menutup daun-daun lainnya.
    4. Kumpulkan potongan daun-daun ke dalam keranjang
    5. Buang potongan daun-daun yang terkumpul jauh dari lokasi bedengan
  • Clipping selanjutnya dilakukan sesuai kondisi bibit atau bila bibit tumbuh terlalu cepat (pengerasan batang)

Cabut Bibit

  • Dua ( 2 ) hari sebelum bibit dicabut, bedengan harus disemprot dengan confidor dengan dosis 0.5 gram/liter air (0.5 sendok makan per tangki sprayer)
  • Satu ( 1 ) hari sebelum bibit dicabut, bedengan harus disiram dengan banyak air (30 gembor/bed) secara bertahap sampai tanahnya basah sehingga bibit mudah dicabut dan akar tidak putus.
  • Gunakan sekop untuk membantu menggemburkan tanah agar bibit lebih mudah dicabut
  • Cabut bibit yang standard dan seragam dengan cara pegang daun bibit dan tarik bibit sampai tercabut dan tanahnya terikut sehingga akarnya tidak rusak.
  • Ciri-ciri bibit yang standard adalah umur bibit minimal 45 hari setelah sebar, tinggi bibit ± 12 cm, berbatang keras, daun berwarna hijau kekuningan, akar banyak, tidak terserang penyakit dan seragam
  • Bedengan yang sudah dicabut disiram kembali dengan air sehingga bibit yang tersisa bisa hidup dan tumbuh dengan bagus
  • Bibit bisa dipupuk lagi dengan 125 gram KNO3/bed bila (diperlukan) untuk memacu bibit

3.2 PERSIAPAN LAHAN

Pengolahan Tanah

  • Pastikan bahwa lahan terpilih tidak memiliki riwayat serangan hama penyakit ataupun virus, bukan bekas tanaman keluarga solanaceae seperti tomat atau cabai, akan sangat baik jika lokasi pertanaman dekat dengan lokasi tinggal petani dan sumber tenaga kerja.
  • Bersihkan lahan dari sisa-sisa jerami dan buat got keliling dan saluran pembuangan dengan ukuran lebar ± 40 cm dengan kedalaman 40 cm sehingga agar tanah bisa kering.
  • Tigapuluh ( 30 ) hari sebelum tanam, tanah dibajak/dicangkul sedalam 25 cm lalu biarkan terbuka selama 10 – 15 hari sehingga tanah menjadi kering, kemudian dibajak/dicangkul lagi sehingga tanah menjadi masak dan gembur
  • Perbaiki got keliling dan saluran pembuangan, terutama got tengah (potong) dan got keliling
  • Tanah diratakan sehingga tidak ada tempat yang tergenang air bila terjadi hujan

Buat Guludan dan Lubang Tanam

  • Buat guludan-guludan dengan sistem tramline tinggi 25 cm dan panjang guludan maksimal 10 meter lalu dibuat lubang tanam dengan cangkul sedalam 20 cm.
  • Penanaman, Jarak tanam : (80 – 40) X 35 cm, Populasi tanaman 47.000 pohon/ha
  • Gunakan tali bersimpul-simpul agar lurus

3.3. PERTANAMAN

Penanaman dan Sulam

  • Pilih bibit yang sehat, seragam dan standard, akar dan tanah cukup banyak
  • Lubang tanam disiram air sampai basah (1 liter/lubang), biarkan air meresap dan tanah menjadi gembur
  • Tanam dengan hati-hati agar akar harus menyatu dengan tanah, jangan sampai batangnya terpencet/tertekan
  • Tanaman segera disiram dengan 0.5 liter air (secukupnya) dan ditutup dengan tanah halus dan kering
  • Segera lakukan penyulaman bila ada yang mati, tidak lebih dari 10 hari setelah tanam

Pemupukan dan Dangir/Bumbun

  • Pemupukan pertama/pupuk dasar dilakukan segera setelah tanam dengan cara dibenamkan dekat akar. Pupuk yang digunakan adalah 100 kg/ha Urea, 150 kg/ha ZA, 200 kg/ha SP36, dan 100 kg/ha ZK
  • Pemupukan kedua atau pupuk susulan dilakukan 20 hari setelah tanam dengan pupuk 150 kg/ha ZA dan 100 kg/ha ZK
  • Pembumbunan pertama dilakukan umur 10 – 15 HST dengan tujuan untuk memperbaiki aerasi tanah dan membersihkan gulma dan Pembumbunan kedua dilakukan segera setelah pengairan pertama
  • Pembumbunan ringan dilakukan 3-5 hari setelah pengairan, untuk kepentingan aerasi tanaman. Kondisi tanah harus dijadikan patokan dalam melakukan pembumbunan.

TM2

Jarak Tanam yang tepat untuk meningkatkan Produktivitas

Stress periode dan Pengairan

  • Tujuan untuk merangsang perkembangan akar sehingga hasil dan kualitas meningkat
  • Lama stress periode kira-kira 21 hari, tidak boleh terlalu lama.
  • Pengairan pertama dilakukan pada umur 21 hari setelah tanam dengan cara dileb setinggi ½ guludan atau dikocor 2 liter/pohon)
  • Pengairan kedua dilakukan pada umur 30 hari setelah tanam dengan cara dileb setinggi ½ guludan atau dikocor 2 liter/pohon
  • Pengairan ketiga dilakukan pada umur 40 hari setelah tanam dengan cara di leb setinggi ¼ guludan atau dikocor 2 liter/pohon
  • Pengairan Juga bisa dilakukan dengan Irigasi Tetes (Drip Irrigation)

Pengendalian Hama dan penyakit Tanaman

  • Gunakan alat pelindung diri dan peralatan yang memadai setiap melakukan penyemprotan atau aplikasi pestisida.
  • Penyemprotan pertama dilakukan segera setelah tanam, maksimal 7 hari setelah tanam menggunakan metindo dengan dosis 2 gram/liter , 1 ha membutuhkan 0.5 kg metindo setara dengan 250 liter larutan
  • Pengendalian hama dan penyakit selanjutnya dilakukan apabila diperlukan dengan menggunakan pestisida organik yaitu nimba dengan dosis 5 ml/liter dilakukan setiap 5 hari sekali, 1 ha membutuhkan 2,5 liter nimba setara dengan 500 liter larutan
  • Pengendalian hama dan penyakit hanya menggunakan pestisida yang direkomendasikan untuk tanaman tembakau seperti Actara, Convidor, Organtrin dll
  • Pengendalian hama dan penyakit tanaman sebaiknya dilakukan secara terpadu yaitu :
    1. Memonitor secara seksama adanya serangan Hama dan Penyakit di area penanaman tembakau dan juga area sekitarnya dengan menjalankan fungsi pengendalian hama terpadu (PHT) secara dini.
    2. Jika serangan hama atau penyakit sudah mencapai kurang lebih 10% dari area pertanaman, atau kurang lebih 5% dari area tetapi terjadi di beberapa plot, maka dianjurkan dilakukan penyemprotan pestisida.
    3. Gunakan hanya pestisida yang direkomendasi oleh perusahaan, jangan mengunakan pestisida yang tidak direkomendasikan seperti curacron, dursban dll

Topping dan Suckering

  • Tanaman ditopping/dipunggel setelah jumlah daun mencapai 16 – 18 lembar atau setelah keluar bakal bunga
  • Dua sampai empat (2 – 4) lembar daun bibit/pasiran tidak dirajang
  • Gunakan tamex (Butralin) dengan dosis 20 ml/liter air dan 20 ml larutan per pohon
  • Pemberian tamex (Butralin) dilakukan 7 hari setelah topping dengan cara mengucurkan larutan tamex pada ketiak daun paling pucuk.
  • Sucker/Tunas samping/suli yang sudah lebih dari 1 cm harus dibersihkan lebih dulu
  • Lakukan sweeping untuk mengatasi sucker yang terlewat/tidak kena tamex

3.4. PANEN DAN RAJANG

Panen

  • Panen sebaiknya dilakukan di pagi hari dengan cara memanen membelakangi sinar matahari, tidak dengan melawan sinar matahari, daun yang dipanen tidak menyentuh tanah secara langsung
  • Volume panen harus sesuai dengan kapasitas tenaga kerja dan fasilitas pasca panen yang tersedia
  • Panen dilakukan apabila daun sudah menunjukkkan tanda-tanda penuaan yaitu berkurangnya bulu-bulu di daun, gagang sudah memutih dan sudut antara batang dan pangkal daun sudah melebar. Warna daun waktu panen :
    1. Daun Bawah : Hijau muda (semuruh)
    2. Daun Tengah : Hijau kekuningan
    3. Daun Atas : Kekuningan (Masak)
  • Saat panen harus menggunakan baju lengan panjang, kaos tangan dan pelindung kepala
  • Dua sampai empat (2 – 4) lembar daun pasiran tidak dipanen, tetapi dibiarkan mengering di pohon dan dibuat krosok. Krosok daun bawah ini dipanen bila sudah kering, biasanya dipanen terakhir setelah semua daun dipanen.
  • Panen pertama dilakukan pada saat daun bawah berwarna hijau (semuruh) pada umur ± 55 hari setelah tanam, petik 4 lembar daun
  • Panen kedua dilakukan pada saat daun berwarna hijau kekunigan yaitu 7 hari setelah panen pertama, petik 4 lembar daun
  • Panen ketiga dilakukan pada saat daun berwarna hijau kekuningan yaitu 7 hari setelah panen kedua, petik 3 lembar daun
  • Panen ke empat dilakukan pada saat daun berwarna kuning kehijauan yaitu 8 hari setelah panen ketiga, petik semua daun yang tersisa

TM3

Panen Yang benar bisa mengurangi Kerusakan

Pemeraman

  • Setelah panen daun di sortir sesuai tingkat kematangan daun dengan cara mengelompokkan daun menjadi tiga kelompok yaitu hijau, kuning dan kecoklatan
  • Daun diatur berjajar dengan posisi berdiri (pangkal batang di bawah) untuk diperam supaya berubah warna
  • Alas pemeraman memakai sesek / widik, tidak boleh menggunakan bahan plastik (terpal, sak pupuk)
  • Lama proses pemeraman bergantung pada posisi daun, antara 2 – 4 hari

Perajangan dan penjemuran

  • Proses perajangan dapat menggunkan mesin rajang atau secara manual dan proses rajang dilakukan pada malam sampai pagi hari sehingga pada saat terbit matahari semua proses rajang dan eler sudah selesai
  • Alas rajang menggunakan sesek / widig
  • Gunakan nyiru/tempeh/yute untuk tempat tembakau yang sudah dirajang
  • Tembakau segera dieler di atas widik secara merata dengan ketebalan sekitar 1 cm (3 kg/m2)
  • Jemur tembakau diatas para-para yang terbuat dari bambu
  • Tempat rajang, Tempat ret-ret dan penjemuran harus bersih.
  • Jemur tembakau yang sudah dirajang minimal 2 hari (sampai kering)

3.5. PENGEBALAN
Persiapan

  • Daun tembakau yang sudah kering harus dilemaskan dahulu dengan cara diangin-anginkan. Jangan terlalu lembab karena akan merusak mutu dan berjamur
  • Lipat daun tembakau yang kering dan lemas tersebut lalu masukkan ke dalam kotak pengebalan

Pengebalan

  • Ukuran kotak pengebalan : 90 x 70 x 60 Cm
  • Atur posisi daun tembakau kering agar rapi dan tidak rusak
  • Daun tembakau tidak boleh terlalu ditekan (dipres). Berat per bal kira-kira 40-50 kg
  • Bungkus dengan kain hesien/katun

Tembakau siap dikirim ke gudang untuk dijual

Leave a Reply

error: Content is protected !!