Konsultan Ahli Tani, Bibit, Pupuk & Prasarana Pertanian

Uncategorized

Jenis-jenis Embung Untuk Memanen Hujan

Pernahkah kita mendengar kata Embung? Apakah Embung itu? Embung adalah sebuah cekungan (basin retention) yang digunakan untuk mengatur dan menampung suplai aliran air hujan serta untuk meningkatkan kualitas air di badan air yang terkait (sungai, danau dll). Embung digunakan untuk menjaga kualitas air tanah, mencegah banjir, estetika, hingga pengairan. Embung menampung air hujan di musim penghujan lalu digunakan petani untuk mengairi lahan dimusim kemarau.

Embung Geomembran di Desa Labuhan Kidul Kabupaten Rembang

Dampak kekeringan  dirasakan semakin besar dan resiko pertanian semakin meningkat dan sulit diprediksi. Untuk mengatasi kekeringan, maka salah satu strategi yang paling murah, cepat dan efektif serta hasilnya langsung terlihat adalah dengan memanen aliran permukaan dan air hujan di musim penghujan melalui water harvesting. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memanfaatkan limpahan air hujan adalah dengan membangun embung (onfarm reservoir Teknologi tepat guna, murah dan aplicable untuk mengatur ketersediaan air agar dapat memenuhi kebutuhan air (water demand) yang semakin sulit dilakukan dengan cara-cara alamiah (natural manner>). Teknologi embung atau tandon air merupakan salah satu pilihan yang menjanjikan karena teknologinya sederhana, biayanya relatif murah dan dapat dijangkau kemampuan petani.

Embung atau tandon air merupakan waduk berukuran mikro di lahan pertanian yang dibangun untuk menampung kelebihan air hujan di musim hujan. Air yang ditampung tersebut selanjutnya digunakan sebagai sumber irigasi suplementer untuk budidaya komoditas pertanian bernilai ekonomi tinggi (high added value crops) di musim kemarau atau di saat curah hujan makin jarang. Embung merupakan salah satu teknik pemanenan air (water harvesting) yang sangat sesuai di segala jenis agroekosistem. Di lahan rawa namanya pond yang berfungsi sebagai tempat penampungan air drainase saat kelebihan air di musim hujan dan sebagai sumber air irigasi pada musim kemarau.

Tujuan Pembuatan Embung:

  • Menampung air di musim hujan dan digunakan untuk pengairan tanaman di musim kemarau.
  • Meningkatkan produktivitas lahan terutama lahan tadah hujan terutama tanaman di musim kemarau.
  • Membuka peluang untuk menanam tanaman terutama tanaman hortikultura di musim kemarau di lahan tadah hujan. Tersedianya air untuk suplai irigasi di musim kemarau untuk tanaman palawija, hortikultura semusim, perkebunan semusim dan peternakan.
  • Mencegah/mengurangi luapan air di musim hujan dan menekan resiko banjir karena tertampungnya air hujan dan aliran permukaan (run off) pada wilayah sekitarnya.
  • Memperbesar peresapan air ke dalam tanah sehingga menjaga kontinuitas sumber air bersih di daerah bersangkutan.
  • Membuka lapangan kerja bagi tenaga kerja petani pada musim kemarau sehingga mengurangi urbanisasi dari desa ke kota.

Beberapa Model Embung Sederhana:

  1. Embung Sederhana dari anyaman Bambu

Embung sederhana dari anyaman bambu banyak digunakan oleh para petani kedelai di Grobogan, Jawa Tengah. Para petani kedelai memanen hujan dengan cara sederhana. Para petani membuat lubang-lubang berdiameter 80 – 100 cm dengan kedalaman 2.5 – 3.0 m. Dinding lubang lalu dilapisi anyaman bambu untuk menahan tanah agar tidak runtuh. Jarak antara sumur yang satu dengan sumur yang lain sekitar 20 m. Mereka menamakan embung sederhana tersebut dengan sumur-sumur penampung air. Menurut Abdul Karim, salah satu petani kedelai yang membuat sumur, lahan kedelai seluas 5.000 m2 (0.5 Ha) hanya butuh 12 sumur.

Para petani membuat parit-parit kecil supaya aliran air hujan yang jatuh ke lahannya terkumpul ke dalam lubang-lubang penampungan. Dengan cara itu para petani bisa memanen kedelai 2 kali setahun dengan hasil rata-rata 2.0 -2.5 ton per ha. Petani lain yang tidak berusaha memanen air hujan dengan membuat sumur-sumur penampung air hanya bisa panen sekali karena bulan basah hanya 6 bulan.

Teknik memanen air hujan sudah lama dipakai nenek moyang kita secara tradisional.  Petani pada jaman dulu selalu membuat embung atau sumur (lubang bulat di tengah lahan) untuk menampung air hujan. Biasanya untuk sawah atau tegalan seluas 5000 M2 (0.5 Ha) dibuat embung atau sumur dengan diameter 5 m dan kedalaman 3 – 4 m. Pada musim hujan, air ditampung ke dalam embung tersebut dan pada musim kemarau air dari embung ditimba untuk menyiram tanaman. Penyiraman tanaman dilakukan dengan cara tradisional

  1. Embung Model Parit Buntu.

Embung model ini dibuat dengan cara membuat parit buntu di tepi lahan  sedalam 2 m dengan lebar 1 – 2 m dan panjang 10 – 20 m. Pada musim hujan air akan terkumpul di dalam parit buntu tersebut dan digunakan saat musim kemarau.

  1. Embung Model Sumur Cekok.

Embung model Sumur cekok banyak dibuat dan diterapkan untuk area pertanian di lembah yang kering. Sumur cekok dibuat di dasar lembah sedalam 20 – 30 meter sehingga air hujan dari bukit bias mengalir dan tertampung ke dalamnya. Petani di daerah Sragen sudah ada yang menerapkan teknik sumur cekok ini.

  1. Embung sederhana dari Terpal

Ini adalah embung model terbaru yang banyak dikembangkan oleh kawan-kawan petani tembakau di Kabupaten Rembang. Embung sederhana berukuran 4 x 3 meter dengan kedalaman 0.5 – 1 meter dibuat dengan menggunakan terpal. Terpal dipilih karena lebih murah, mudah didapat dan tahan lama. 1 embung bisa digunakan untuk mengairi lahan tembakau sekitar 1000 M2 atau 0.1 Ha. Jadi 1 Ha membutuhkan 10 embung.

Selain untuk menampung air hujan selama musim hujan, para petani juga menggunakan embung ini untuk diisi ulang dengan menggunakan mobil tangka. Dengan adanya sistim embung sederhana ini, para petani bisa memperoleh tambahan hasil sekitar 40 – 50 juta dari tanaman tembakaunya. Tanpa adanya embung sederhana ini, petani tidak bisa menghasilkan apa-apa.

Embung Terpal Petani tembakau di Kabupaten Rembang

  1. Embung berbentuk Kolam-kolam penampungan air yang dilapisi dengan plastic.

Model ini hampir sama dengan embung terpal tetapi lebih permanen. Salah satu yang sudah pernah membuat embung model ini adalah PT Ekakarya Graha Flora. PT Ekakarya memanen air hujan dengan membuat 5 kolam penampungan air beragam ukuran: 30 m x 8 m x 3 m dan 30 m x 5 m x 3 m. Tiga kolam dilapisi plastik agar air tidak meresap ke dalam tanah. Dari kolam itulah air hujan dipompa untuk budidaya lili, anthurium bunga, dan fern saat terjadi water loss.  PT Ekakarya Graha Flora ini terletak di kaki Gunung Gede, Sukabumi dengan ketinggian 850 m dpl itu curah hujannya tinggi, 3.000 mm per tahun. Walaupun begitu setiap bulan selama 1-2 hari perusahaan itu, kerap kesulitan mendapatkan air tanah. ‘Air dari mata air di puncak gunung habis karena cepat mengalir ke bawah oleh gaya gravitasi. Untuk memenuhi kebutuhan air tersebut maka perusahaan tersebut membuat embung model kolam-kolam penampungan air hujan

  1. Embung berbentuk tendon-tandon air.

Embung model ini dikembangkan oleh Dian Rahmawati di Banjarmasin, Kalimantan Tengah. Dian Rahmawati memanen hujan melalui talang air yang dipasang di 2 greenhouse anggrek masing-masing ukuran 30 m x 20 m x 15 m dan 80 m x 20 m x 15 m. Air lalu dialirkan ke 3 tandon masing-masing berkapasitas 5.000 liter yang terletak di bawah greenhouse.

  1. Embung dengan Plastik Geomembran

Embung model ini banyak dikembangkan oleh Yayasan Obor Tani (Yabortan). Mereka memodifikasi teknik embung, parit, dan cekok menjadi waduk mini buatan sebutan dari embung yang dibuatnya. Waduk mini dibuat dengan cara mengeruk sebidang lahan miring. Tanah hasil kerukan ditumpuk di sisi lain sehingga terbentuk cekungan. Tanah lalu dipadatkan dan dilapisi geomembran agar air tak meresap ke dalam tanah. Lokasi waduk dibuat di titik tertinggi di area kebun agar air bisa mengalir ke area kebun oleh gaya gravitasi tanpa pompa. Jadi waduk mini tersebut benar-benar hanya diisi oleh air hujan. Saat ini sudah ratusan waduk mini dengan dilapisi geomembran dibangun di berbagai daerah. Bahkan di Sumba, Nusa Tenggara Timur sudah ada perusahaan multinasional yang membangun kebun dengan sumber air dari waduk geomembran ini.

Proses Pembuatan Waduk mini dengan Geomembran

Proses Pembuatan Waduk mini dengan Geomembran

 

Kondisi waduk mini yang sudah terisi air hujan

=====

Tag:

Embung, Jenis-jenis Embung, Memanen Hujan, Panen Hujan, Embung Terpal, Waduk Mini, Embung model sederhana, Embung model Parit Buntu, Embung model Sumur Cekok, Tandon air, Waduk mini geomembran,

Leave a Reply

error: Content is protected !!
Rajapola